Sabtu, 07 Juli 2012

RESENSI NOVEL LASKAR PELANGI





·         Judul                       : Laskar Pelangi
·         Penulis                     : Andrea Hirata
·         Tahun Terbit            : 2007
·         Penerbit                   : Bentang Pustaka
·         Tebal Halaman         : 544 Halaman



PENDAHULUAN
Andrea Hirata, lahir di Belitung 24 Oktober 1982. Latar belakang pendidikannya adalah ekonomi, namun ia sangat menggemari sains dan sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, Perancis. Saat ini Andre tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom.

RESENSI NOVEL
Novel ini mengisahkan perjuangan, semangat serta kenangan 11 anak Belitong yang tergabung dalam ”Laskar Pelangi”: Syahdan, Lintang, Kucai, Samson, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Mahar, Flo dan sang penutur cerita – Ikal. Andrea Hirata, yang tak lain adalah Ikal, dengan cerdas mengajak pembaca mengikuti tamasya nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman Belitong yang berada dalam kehidupan kontras, yaitu kaya dengan tambang timah, tetapi rakyatnya tetap miskin dalam kesehariannya. 
Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat kurang memadai, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat-saat terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Padahal sekolah yang sudah tidak layak pakai tersebut sudah diancam untuk membubarkan diri jika murid barunya kurang dari 10 orang .Lalu, muncul lah Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di rumah.
Berkisah tentang Lintang, seorang anak jenius yang rumahnya berjarak 40 km dari sekolah dan dilaluinya dengan bersepeda setiap hari tanpa mengeluh. Bahkan ketika suatu hari rantai sepedanya putus, dia rela berjalan kaki menuntun sepedanya ke sekolah. Dan merasa bahagia karena masih mendapat kesempatan ikut menyanyikan Padamu Negeri di jam pelajaran terakhir.
Lalu, ada Mahar anak jenius berikutnya. Namun, yang satu ini jenius dalam bakat seni. Berkisah tentang rutinitas membeli kapur tulis di toko yang jauh dari sekolah dan berbau busuk, menggiring ke kisah cinta pertama Ikal kepada A Ling yang berkuku indah. Tentang keberhasilan mereka mengangkat nama SD Muhammadiyah yang selama ini selalu dianggap remeh dalam acara karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas-cermat. Tentang cita-cita Ikal. Tentang hilangnya Flo. Tentang petualangan mistis ke Pulau Lanun menemui Tuk Bayan Tula bersama Flo dan Mahar. Dan bagian pertama ini ditutup dengan kesedihan mendalam yang sangat mengharukan saat Laskar Pelangi harus merelakan perginya seorang teman yang kurang beruntung.
Filicium adalah pohon yang menjadi saksi seluruh drama kehidupan Laskar Pelangi. Pohon itu menaungi sekolah mereka yang hampir roboh. Pohon itu menjadi markas setiap pertemuan mereka. Membicarakan pelajaran di sekolah, merancang karya untuk karnaval 17 Agustus, atau tempat Lintang memberi kuliah tentang ilmu fisika. Pohon itu pulalah yang menjadi saksi kerinduan Ikal pada gadis manis keturunan cina, anak pemillik toko Sinar Harapan yang memiliki jari lentik dan kuku cantik.
Bagian pertama dalam kisah tersebut mengambil rentang waktu dari hari pertama Laskar Pelangi masuk kelas satu SD Muhammadiyah hingga empat bulan menjelang Ebtanas SMP di gedung sekolah yang sama dengan orang-orang yang sama (dengan Flo tentunya).
Pada bagian kedua, kisah ini melompat dua belas tahun kemudian saat Laskar Pelangi telah menjadi sosok-sosok dewasa yang harus berjuang menggapai peruntungannya dalam kehidupan nyata. Masing-masing menjalani suratan hidupnya yang sudah ditetapkan. Ada yang berjalan sesuai cita-citanyanya, ada yang tidak terduga lompatannya, ada juga yang menyerah pada nasib yang sudah tergambar jelas sejak dahulu.
Namun pada akhirnya, mereka semua dengan perjuangan yang keras dan gigih mendapatkan apa yang mereka cita-citakan.

PENILAIAN NOVEL
Hal yang menarik dari Novel ini adalah dapat mengingatkan kita agar tidak mudah putus asa jika ingin meraih mimpi. Mengajarkan kita agar baik terhadap teman dan sesama serta mau untuk saling membantu. Dalam Novelnya, Andrea Hirata pandai menyelipkan pertanyaan yang terus tersirat, dari awal cerita sampai akhir ceritanya terdapat arti dari Bahasa Melayunya dan cara membacanya. Namun, dengan segala keindahan dan kelebihannnya, novel ini membuat para pembacanya mendapat sedikit kesulitan karena adanya Bahasa Melayu, adanya ungkapan dan kiasan dalam kalimat membuat cerita ini sedikit terasa sulit. Walaupun begitu, cerita ini tetap memikat dan penuh dengan muatan pesan yang dapat direnungkan dan diterjemahkan dengan lebih dalam.